Mungkin akan banyak jawaban ketika penulis bertanya ini kepada masyarakat luas yang penulis jumpai ketika penulis berada di jalan, di angkutan umum atau dalam forum apa saja, mungkin jawabannya kalau para pejabat mungkin sudah kenyang dan kaya, atau kalau rakyat mungkin tidak pernah kenyang tetapi lapar terus tetapi kaya mungkin urutan kesekian kali, dan masih banyak lagi
Kalau pertanyaan itu dikembalikan kepada penulis, maka jawaban penulis adalah bahwa rakyat kita belum kenyang dan kaya kenapa begitu ? kita bisa lihat yang kaya itu hanya orang-orang yang leluhur-leluhurnya sudah kaya jadinya mereka kaya, sementara rakyat yang leluhur-leluhurnya hidupnya masih terawang-terawang dengan impiannya kapan kaya sampai saat ini belum kaya.
Adakah media yang beredar di negara ini mulai dari Sabang sampai Merauke dari Miangas hingga Rote yang TIDAK MEMUAT berita tentang kemiskinan ? pasti jawabnya semua media memuat tulisan atau photo tentang kemiskinan daripada rakyat Indonesia benar tidak ?
Sudah 65 tahun Indonesia merdeka dan 12 tahun reformasi dengan darah dan keringat, tetapi adakah 65 tahun Indonesia merdeka dan 12 tahun reformasi itu merubah kehidupan masyarakat negara ini ? menurut penulis belum bahkan lebih parah mungkin perimbangannya adalah 10 orang Indonesia sembilan masih tergolong miskin dan hanya ada satu orang yang kaya.
Kalau 65 tahun negara ini untuk ukuran manusia seharusnya negara ini seharusnya sudah lebih maju tidak ada lagi masyarakat yang miskin tetapi kenyatannya ? kita bisa lihat di beberapa daerah pinggiran Jakarta, masih banyak warga yang tidak di bantaran kali, atau masih menikmati makanan yang namanya nasi aking alasan mereka makan nasi aking karena tiadanya dana untuk membeli beras, kalau pun ada beras yang diberikan pemerintah melalui pemerintah daerah menurut mereka tidak layak untuk di konsumsi karena selain warna berasnya yang beda dengan beras yang sering dijumpai di pasar atau warung dan juga baunya pun seperti menyerupai karung yang membungkusnya walaupun para pejabat ini mengatakan bahwa beras yang diberikan kepada warga beras yang masih dan layak dikonsumsi..
Soal nasi aking penulis tertawa geli dimana teringat dengan sebuah kunjungan dari salahsatu calon presiden ketika pemilihan Presiden 2009-2014 dimana sang calon ini mengunjungi sebuah rumah yang keluarganya dalam kehidupan sehari-harinya bersantap nasi aking, dan ketika sang calon ini berada di dalam rumah keluarga tersebut, sang keluarga menyuguhkan nasi aking kepada sang calon presiden dan dihadapan para wartawan yang meliput sambil bertanya apakah nasi aking itu enak atau tidak, secara spontan sang calon presiden ini menjawab bahwa nasi aking itu ENAK dan LEBIH ENAK kalau ditambah dengan sambal hijau yang banyak, dasar cari mukanya calon presiden ini bisa saja padahal kita semua tahu bagaiaman rasa nasi aking itu yang tidak lain dan tidak bukan adalah nasi bekas yang dikeringkan dipanas matahari dan kemudian di kukus kembali..
Hal pemiskinan dan kemiskinan inilah yang membuat Perserikatan Bangsa-Bangsa membuat semacam resolusi terhadap pembangunan ketika memasuki tahun 2000 atau tahun millenium, dan gagasan itu tertuang dalam sebuah kesepatan yang ditanda tangani oleh 192 negara di 5 benua ini termasuk Indonesia, dimana semua negara harus bisa menciptakan kehidupan atau mengatasi masalah yang telah dituangkan dalam gagasan PBB ini. Ada 7 tujuan pembangunan millenium yang di buat oleh PBB dan harus dijalan oleh 192 negara ini menjelang tahun 2015, dimana tahun 2015 tidak ada lagi negara yang miskin, kesenjangan gender, tingkat angka kematian ibu hamil turun dan masih banyak lagi.
Kalau Indonesia ikut menandatangani kesepakatan tujuan pembangunan millenium ini bagaimana keadaannya ? ternyata tidak jauh beda seperti pemaparan penulis di atas tadi kita bisa lihat bagaimana para penduduk kita terutama yang tergolong miskin masih hidup di bantaran kali bahkan ada yang tinggal di bawah jembatan seperti yang terdapat di dekat Markas Komandan Polisi Militer daerah Guntur ! makan pun masih berpikir ratusan kali untuk membeli seliter beras karena harus memikirkan lain seperti biaya listrik, sewa kontrakan yang nominalnya bagi mereka sangat mahal dan masih banyak lainnya apalagi kalau mereka sudah mengalami sakit tetapi pemerintah kita hanya berdiam saja baru bergerak jika media menyiarkan secara terus-terusan soal KE/PE miskinan ini seperti yang terjadi di Yakuhimo, Papua dimana media menyiarkan bahwa puluhan warga setempat meninggal karena kelaparan tetapi oleh pemerintah data tersebut dipelintir bahkan di bantah, baru terjun ketika ada bukti visual yang dimuat media secara luas apakah ini bentuk lepas tangan dari pemerintah terhadap rakyatnya seperti yang tertuang dalam alinea ke empat pembukaan !
Sudah banyak Pemerintah lakukan untuk menekan angka kemiskinan tetapi tetap saja angka kemiskinan itu bukannya berkurang malah bertambah, seperti adanya program Bantuan Langsung Tunai dimana setiap warga yang kategori miskin berhak mendapatkan bantuan senilai Rp. 300, 000/ bulan dari pemerintah, pertanyaannya adalah adakah nilai Rp. 300 ribu bagi rakyat miskin untuk sebulan ? mungkin sangat bermanfaat tetapi apakah cukup dengan kondisi yang sudah kita tahu bagaimana bentuk nyata daripada masyarakat miskin, walaupun bantuan itu sekarang di stop dan akibat di stop bantuan itu mungkin makin bertambah jumlah rakyat miskin..
2015 sudah didepan mata, dan kesepakatan sudah ditanda tangan bersama dengan 192 negara pada tahun 2000 dan yang namanya kesepakatan itu adalah janji dan janji adalah hutang yang harus dibayarkan, Bukan PBB yang menuntut atau menghukum tetapi rakyat yang akan menagih janji itu, dan rakyat sekarang sudah bersiap untuk menagih janji-janji para pemimpin negara BUKAN sekedar tanda tangan kesepakatan itu tetapi JANJI ketika diatas panggung sewaktu orasi agar rakyat memilih beliau untuk memimpin dan menjadi “ayah-ayah dan ibu-ibu” bagi rakyat ini mulai dari anggota dewan hingga RI-01 jangan sampai terjadi pertumpahan darah dimana-mana hanya karena 1-2 liter beras yang sedang dibagikan atau yang langka !
Akankah Pemerintah Republik Indonesia bisa menyelesaikan janjinya dalam kesepakatan Tujuan Pembangunan Millenium-Millenium Development Goals-MDGs yang akan berakhir tahun 2015 dalam hal memberantas KE/PE miskinan dan tidak ada lagi masyarakat miskin ? kita nantikan saja bagaimana Pemerintah menanggulangi dan memberantas yang namanya KE/PE miskinan ini
14th floor, 010510 16:00
Rhesza
Pendapat Pribadi
Kalau pertanyaan itu dikembalikan kepada penulis, maka jawaban penulis adalah bahwa rakyat kita belum kenyang dan kaya kenapa begitu ? kita bisa lihat yang kaya itu hanya orang-orang yang leluhur-leluhurnya sudah kaya jadinya mereka kaya, sementara rakyat yang leluhur-leluhurnya hidupnya masih terawang-terawang dengan impiannya kapan kaya sampai saat ini belum kaya.
Adakah media yang beredar di negara ini mulai dari Sabang sampai Merauke dari Miangas hingga Rote yang TIDAK MEMUAT berita tentang kemiskinan ? pasti jawabnya semua media memuat tulisan atau photo tentang kemiskinan daripada rakyat Indonesia benar tidak ?
Sudah 65 tahun Indonesia merdeka dan 12 tahun reformasi dengan darah dan keringat, tetapi adakah 65 tahun Indonesia merdeka dan 12 tahun reformasi itu merubah kehidupan masyarakat negara ini ? menurut penulis belum bahkan lebih parah mungkin perimbangannya adalah 10 orang Indonesia sembilan masih tergolong miskin dan hanya ada satu orang yang kaya.
Kalau 65 tahun negara ini untuk ukuran manusia seharusnya negara ini seharusnya sudah lebih maju tidak ada lagi masyarakat yang miskin tetapi kenyatannya ? kita bisa lihat di beberapa daerah pinggiran Jakarta, masih banyak warga yang tidak di bantaran kali, atau masih menikmati makanan yang namanya nasi aking alasan mereka makan nasi aking karena tiadanya dana untuk membeli beras, kalau pun ada beras yang diberikan pemerintah melalui pemerintah daerah menurut mereka tidak layak untuk di konsumsi karena selain warna berasnya yang beda dengan beras yang sering dijumpai di pasar atau warung dan juga baunya pun seperti menyerupai karung yang membungkusnya walaupun para pejabat ini mengatakan bahwa beras yang diberikan kepada warga beras yang masih dan layak dikonsumsi..
Soal nasi aking penulis tertawa geli dimana teringat dengan sebuah kunjungan dari salahsatu calon presiden ketika pemilihan Presiden 2009-2014 dimana sang calon ini mengunjungi sebuah rumah yang keluarganya dalam kehidupan sehari-harinya bersantap nasi aking, dan ketika sang calon ini berada di dalam rumah keluarga tersebut, sang keluarga menyuguhkan nasi aking kepada sang calon presiden dan dihadapan para wartawan yang meliput sambil bertanya apakah nasi aking itu enak atau tidak, secara spontan sang calon presiden ini menjawab bahwa nasi aking itu ENAK dan LEBIH ENAK kalau ditambah dengan sambal hijau yang banyak, dasar cari mukanya calon presiden ini bisa saja padahal kita semua tahu bagaiaman rasa nasi aking itu yang tidak lain dan tidak bukan adalah nasi bekas yang dikeringkan dipanas matahari dan kemudian di kukus kembali..
Hal pemiskinan dan kemiskinan inilah yang membuat Perserikatan Bangsa-Bangsa membuat semacam resolusi terhadap pembangunan ketika memasuki tahun 2000 atau tahun millenium, dan gagasan itu tertuang dalam sebuah kesepatan yang ditanda tangani oleh 192 negara di 5 benua ini termasuk Indonesia, dimana semua negara harus bisa menciptakan kehidupan atau mengatasi masalah yang telah dituangkan dalam gagasan PBB ini. Ada 7 tujuan pembangunan millenium yang di buat oleh PBB dan harus dijalan oleh 192 negara ini menjelang tahun 2015, dimana tahun 2015 tidak ada lagi negara yang miskin, kesenjangan gender, tingkat angka kematian ibu hamil turun dan masih banyak lagi.
Kalau Indonesia ikut menandatangani kesepakatan tujuan pembangunan millenium ini bagaimana keadaannya ? ternyata tidak jauh beda seperti pemaparan penulis di atas tadi kita bisa lihat bagaimana para penduduk kita terutama yang tergolong miskin masih hidup di bantaran kali bahkan ada yang tinggal di bawah jembatan seperti yang terdapat di dekat Markas Komandan Polisi Militer daerah Guntur ! makan pun masih berpikir ratusan kali untuk membeli seliter beras karena harus memikirkan lain seperti biaya listrik, sewa kontrakan yang nominalnya bagi mereka sangat mahal dan masih banyak lainnya apalagi kalau mereka sudah mengalami sakit tetapi pemerintah kita hanya berdiam saja baru bergerak jika media menyiarkan secara terus-terusan soal KE/PE miskinan ini seperti yang terjadi di Yakuhimo, Papua dimana media menyiarkan bahwa puluhan warga setempat meninggal karena kelaparan tetapi oleh pemerintah data tersebut dipelintir bahkan di bantah, baru terjun ketika ada bukti visual yang dimuat media secara luas apakah ini bentuk lepas tangan dari pemerintah terhadap rakyatnya seperti yang tertuang dalam alinea ke empat pembukaan !
Sudah banyak Pemerintah lakukan untuk menekan angka kemiskinan tetapi tetap saja angka kemiskinan itu bukannya berkurang malah bertambah, seperti adanya program Bantuan Langsung Tunai dimana setiap warga yang kategori miskin berhak mendapatkan bantuan senilai Rp. 300, 000/ bulan dari pemerintah, pertanyaannya adalah adakah nilai Rp. 300 ribu bagi rakyat miskin untuk sebulan ? mungkin sangat bermanfaat tetapi apakah cukup dengan kondisi yang sudah kita tahu bagaimana bentuk nyata daripada masyarakat miskin, walaupun bantuan itu sekarang di stop dan akibat di stop bantuan itu mungkin makin bertambah jumlah rakyat miskin..
2015 sudah didepan mata, dan kesepakatan sudah ditanda tangan bersama dengan 192 negara pada tahun 2000 dan yang namanya kesepakatan itu adalah janji dan janji adalah hutang yang harus dibayarkan, Bukan PBB yang menuntut atau menghukum tetapi rakyat yang akan menagih janji itu, dan rakyat sekarang sudah bersiap untuk menagih janji-janji para pemimpin negara BUKAN sekedar tanda tangan kesepakatan itu tetapi JANJI ketika diatas panggung sewaktu orasi agar rakyat memilih beliau untuk memimpin dan menjadi “ayah-ayah dan ibu-ibu” bagi rakyat ini mulai dari anggota dewan hingga RI-01 jangan sampai terjadi pertumpahan darah dimana-mana hanya karena 1-2 liter beras yang sedang dibagikan atau yang langka !
Akankah Pemerintah Republik Indonesia bisa menyelesaikan janjinya dalam kesepakatan Tujuan Pembangunan Millenium-Millenium Development Goals-MDGs yang akan berakhir tahun 2015 dalam hal memberantas KE/PE miskinan dan tidak ada lagi masyarakat miskin ? kita nantikan saja bagaimana Pemerintah menanggulangi dan memberantas yang namanya KE/PE miskinan ini
14th floor, 010510 16:00
Rhesza
Pendapat Pribadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar