Kamis, 06 Mei 2010

MDGs # 2 : Sudah Bagus kah Pendidikan di Negeri ini ?




Tanggal 2 Mei adalah tanggal keramat bagi dunia pendidikan di Republik ini kenapa ? karena tanggal 2 Mei setiap tahunnya di peringati sebagai hari Pendidikan karena tanggal 2 Mei ini adalah tanggal kelahiran daripada pendiri Taman Siswa dan juga Menteri Pendidikan Pertama Republik Indonesia yaitu Suwardi Suryadiningrat atau biasa kita kenal dengan nama Ki Hajar Dewantara.

Mungkin ketika para pembaca dan pengunjung blog ini termasuk penulis juga pernah merasakan dimana setiap tanggal 2 Mei kita selalu mengadakan upacara bendera untuk memperingatinya walaupun sekarang ini kegiatan ini sudah jarang kita temui di setiap sekolah benar tidak ?

Sudah Bagus kah Pendidikan di Negeri ini ? itulah pertanyaan-pertanyaan yang selalu muncul setiap memasuki tanggal 2 Mei benar tidak ? jawaban penulis ketika pertanyaan itu ditanyakan kepada penulis adalah Pendidikan di negeri ini belum bagus karena apa ? karena Pendidikan itu masih barang mewah bagi beberapa orang, karena kita bisa lihat berapa puluh juta orangtua harus menyiapkan dana untuk memasukkan anak belajar di sekolah-sekolah, untuk sekolah swasta yang telah malang melintang di dunia Pendidikan Indonesia saja sudah puluhan juta bagaimana dengan sekolah negeri yang nota bene sebagian dananya berasal dari anggaran belanja negara !

Itu baru soal dana pendidikan, bagaimana dengan mutu dan infrastruktur penunjangnya ? ternyata tidak jauh berbeda bahkan lebih jauh kita bisa bagaimana para pembuat dan pen
gambil keputusan di Kantor Kementerian Pendidikan Nasional Republik selalu membuat dan mengambil keputusan tanpa melihat keadaan apakah keputusan itu bisa di jalankan atau tidak.

Maksudnya ? begini..kita ambil contoh soal Ujian Nasional-UN. UN bagi masyarakat terutama pelajar adalah produk yang jelas-jelas menyiksa ba
tin dan otak daripada pelajar karena selama 3 tahun belajar setiap hari dari pukul 07.00 hingga 14.00 hanya ditentukan dalam waktu 5 hari dengan 5 mata pelajaran dengan waktu 1 mata pelajaran 120 menit sementara selain 5 mata pelajaran itu tidak diperhitungkan, inikah Bagusnya Pendidikan di negara ini ?

Kita bisa lihat dalam waktu tiga tahun belakangan ini sudah berapa ratus siswa SLTP/A yang tidak lulus dalam UN ? kemudian berapa ratus siswa SLTP/A yang mungkin mengalami depresi bahkan sakit jiwa atau bunuh diri karena tidak lulus UN ? apakah faktor-faktor ini tidak diperhatikan para pejabat Kementerian Pendidikan Nasional Republik I
ndonesia terutama Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah ketika memasuki tahun ajaran baru ?

Menurut penulis percuma para bapak-bapak ini membuat kebijakan untuk men-SERAGAM-kan otak para pelajar yang tersebar dari Sabang sampai Merauke dari Miangas hingga Rote demi popularitas dan sejajar dengan negara-negara maju, percuma saja otak para pelajar ini pintar dan encer tetapi infrastruktur dan sarana penunjang para siswa ini yang menjadi HAK mereka sebagai pelajar diabaikan oleh para pejabat Kementerian Pendidikan Nasional.

Kenapa penulis mengatakan itu ? penulis ingin bertanya dan pengen tahu PERNAH-KAH Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia dan staff BERKUNJUNG ke sekolah-sekolah yang dari segi geografis sangat jauh dari perkotaan dan memakan waktu kalau berjalan kaki 2-8 jam, seperti yang ada dalam adegan film Denias di Papua atau film Laskar Pelangi di pedalaman Sumatera, Kalimantan, atau harus melewati lautan dan sungai PERNAH-KAH ? atau PERNAH-KAH berkunjung ke sekolah-sekolah yang bangunan fisiknya boleh dikatakan sangat tidak layak DAN MASIH LEBIH BAGUS Pos Polisi Bunderan HI daripada sekolah ini ?

Kalau itu sudah bisa di jawab maka Menteri tahu apa yang me
reka butuhkan dalam hal pendidikan, BUKAN hanya soal lulus atau tidak dalam hal mengerjakan UN tetapi lebih faktor ketidaknyaman mereka dalam hal belajar dan berinterakasi, seperti kita ketahui banyak sekolah-sekolah yang bangunan fisiknya sangat tidak layak untuk digunakan untuk kegiatan belajar, selain bangunan fisik dari sekolah para siswa ini yang terutama yang berada di daerah pedalaman juga harus berjuang dengan alam ketika akan berangkat dan pulang sekolah, kalau anda teringat dengan usaha Lintang, salah satu tokoh dalam film Laskar Pelangi, itulah potret anak bangsa dalam mencari ilmu tetapi yang ada apa ? pemerintah terutama Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia hanya bersikap diam saja kalau pun ditanya HANYA bermain kata dan silat lidah saja tanpa ada BUKTI NYATA, padahal SEHARUSnya Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia MALU kepada media karena media terutama media televisi yang berkantor satu tanah dan atap dengan sebuah mall ini setiap berkala selalu menyiarkan potret pendidikan Indonesia mulai dari berjuangnya para siswa ini dalam memperoleh ilmu dimana ada yang berangkat dari rumah pukul 03.00 pagi melewati hutan dan bukit, menyebrang sungai demi yang namanya ilmu dan itu mereka lakukan dengan berjalan kaki dan menggunakan kaos padahal mereka memiliki sepatu dan baju seragam, tetapi ketika mereka ditanya kenapa sepatu dan seragamnya BARU DIPAKAI ketika memasuki gerbang sekolah, jawaban mereka sangat menyentuh sekali bahwa mereka TIDAK MAU seragam dan sepatu mereka rusak karena mereka TIDAK MEMILIKI uang untuk mengganti jika seragam dan sepatu mereka rusak ! coba BAYANGKAN Pak Menteri dan Pak Dirjen DikDasMen ?!

Selain itu penulis juga heran dengan sikap negara ini terutama Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia, apakah para staff ini LUPA akan ucapan daripada sang pendiri negara ini yaitu JAS MERAH-JAngan Sekali-kali MElupakan sejaRAH, kenapa penulis berkata seperti ini karena ada hubungannya, anda tahu dengan lagu Hymne Guru yang sering dinyanyikan dahulu jaman sekolah ? tahu pencipta ? kalau anda tahu pencipta apakah tahu bagaimana pencipta lagu ini hidup setelah pensiun menjadi guru dan APAKAH ADA pengharga
an dari negara terutama Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia disaat menghabiskan hari tuanya ?

Berkaitan dengan fasilitas dan penghargaan yang sedikit kurang diperhatikan oleh Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia di daerah pedalaman, BUKANkah negara mengganggarkan dana pendidikan dalam daftar belanja negara itu 20 % ? lantas KEMANA dana itu Pak Menteri ? padahal logika dasarnya adalah dana 20% itu bisa menutup apa yang dibutuhkan siswa yang ada di pedalaman terutama dalam hal bangunan dan sarana seperti buku
pelajaran benar tidak ?

Masalah pendidikan ini ternyata menjadi perhatian bagi Perserikatan Bangsa-Bangsa-PBB ketika berakhirnya era tahun 1900-an dan memasuki era Millenium, dimana pada tahun 2000 192 negara di 5 benua menandatangi sebuah kesepakatan yang di rancang oleh PBB dengan nama Millenium Development Goals-MDGs (Tujuan Pembangunan Millenium) dimana pada tahun 2015 tidak ada lagi negara-negara yang mengalami kemunduran dalam hal apapun termasuk dalam hal pendidikan, kenapa sampai 2015 ? karena berdasarkan kalkulasi yang dilakukan oleh PBB waktu 15 tahun itu
cukup untuk membangun sebuah negara terbebas dari segala permasalahan yang terjadi di dunia termasuk Indonesia seperti Ke/Pe miskinan, Anak-anak, HIV-AIDS dan juga pendidikan.

Tetapi pertanyaannya adalah Indonesia sudah menandatangani kesepatakan ini, apakah sudah dijalankan oleh Indonesia ? ternyata belum dan bisa dilihat daripada yang penulis utarakan di atas tadi padahal kesepakatan ini dalam Pendidikan sudah TERCETAK dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan juga Pasal 31 tentang Pendidikan dimana rakyat BERHAK mendapatkan pendidikan dan negara BERHAK memberikan dan MENCERDASKAN bangsa tetapi kenyataannya ?

Semoga dalam waktu 5 tahun menuju 2015, masalah pendidikan ini bisa di realisasikan dan tidak ada lagi siswa-siswa seperti Denias dan Lintang harus naik-turun-berputar bukit, menyebrang sungai demi yang namanya ilmu, PERCUMA SAJA Indonesia JUARA olimpiade dengan menyabet puluhan medali emas, juara umum, TETAPI BANYAK bangunan sekolah yang TIDAK LEBIH seperti kandang ayam, BANYAK Siswa/I menjadi KORBAN daripada SERAGAM OTAK yang namanya Ujian Nasional, BANYAK guru terutama di pedalaman yang TIDAK PERNAH diPERHATIKAN bahkan PENCIPTA Hyme guru yang menjadi LAGU Wajib bagi guru dan MUNGKIN lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia TIDAK di-APRESIASI-kan oleh negara di kala tuanya..

Apakah nantinya akan banyak Lintang-Lintang dan Denias-Denias Indonesia yang harus berjuang demi yang namanya ilmu, atau berapa banyak lagi siswa/I yang depresi, sakit jiwa hingga bunuh diri KARENA program penyeragaman OTAK yang bernama Ujian Nasional ? kita lihat saja “ MAINAN “ apa lagi yang di keluarkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia untuk para siswa/I ini untuk bisa mensejajarkan Indonesia di tingkat dunia pendidikan internasional !!

Selamat Ulang tahun Ki Hajar Dewantara

14th Floor, 020510 07:00

Rhesza Ivan
Pendapat Pribadi

Tidak ada komentar: