Selasa, 19 Agustus 2008

Pencitraan =Tukang Tipu


Ini peringatan untuk para pemimpin dan calon pemimpin yang ingin menunjukkan kepada rakyat Indonesia siapa anda sebenarnya walaupun harus menipu orang banyak..

Maksudnya ? kita bisa lihat bagaimana mulai bulan Mei kemarin yang bertepatan dengan perayaan 100 tahun kebangkitan nasional hampir diseluruh stasiun televisi menayangkan iklan tentang seorang tokoh partai ( penulis tidak perlu membeberkan siapa tokoh ini biar anda yang memikirkannya toch anda sudah tahu siapa beliau) dengan kata-kata yang puitis tidak jelas untuk mengingatkan rakyat atau untuk memilih beliau ya ?

Ternyata ada akibat dari banyaknya iklan beliau di televisi berujung adanya semacam keberatan daripada seorang tokoh masyarakat yang merasa kehidupannya yang masyarakat Indonesia tahu berbalik 180 derajat karena iklan beliau.

Adalah suster apung yang merasa ditipu oleh seorang tokoh partai ini, karena menurut pengakuan ibu ini, beliau ditawari oleh seseorang untuk membintangi sebuah iklan yang mungkin menurut beliau iklan yang akan dibintanginya adalah iklan layanan masyarakat karena menyambut kemerdekaan Indonesia, begitu iklan itu sudah selesai dan sang suster belum pernah lihat iklannya tetapi beberapa orang sempat mencibir dan bertanya bahwa profesinya sekarang ini sudah dipolitisasi suatu partai, dan akhirnya beliau lihat iklannya dan merasa keberatan sekaligus ditipu walaupun dari pihak konsultan media dan perusahaan iklan yang membuatnya bahwa sang suster sudah tau bahwa iklan itu untuk pencitraan dan bahkan diberi gambaran story board iklan tersebut dan sudah menerima uang dari iklan tersebut.

Apakah ini sikap dan sifat daripada pemimpin dan calon pemimpin negara ini supaya harga dirinya dan citra kepada masyarakat berbuah positif karena bisa merangkul dan dekat dengan masyarakat walaupun dengan gaya yang tipu menipu dan sedikit munafik ?

Kita tidak perlu menutup matalah bagaimana kelakuan daripada pembesar negara ini jika ada maunya, selalu membuat citra dan memposisikan badan mereka dekat dengan masyarakat yang kecil, termarjinalkan bahkan tersudutkan padahal setelah citra dan kepopuleran mereka terangkat sang pembesar ini tidak lagi melihat mereka yang kecil, termarjinalkan ini, pembesar dan rakyat negara ini diibaratkan (maaf) seorang Om senang dengan seorang Pelacur dimana setelah om senang ini puas mendapatkan sesuatu yang diinginkan dari sang pelacur ini lantas langsung ditinggal begitu saja tanpa ada ucapan apapun, dan inilah yang terjadi di negara ini kalau menjelang Pemilihan Kepala daerah misalnya Gubernur hingga ke Pemilu Nasional yang tinggal menghitung hari menuju ke pentas 2009 betul tidak ?

Saran dan tantangan dari penulis kepada para calon pemimpin negara ini adalah jangan Cuma anak berprestasi serta anak jalanan yang anda bisa rangkul, terus ibu-ibu tua renta dengan rayuan-rayuan maut anda, coba dan beranikah anda rangkul kaum marjinal seperti komunitas PSK, Gay dan lesbian, kawan-kawan narapidana serta penderita HIV untuk menunjang populer anda dan masuk dalam iklan anda,bagaimanapun kelompok ini juga bagian dari 220 juta jiwa rakyat Indonesia. Betul tidak dan berani ?

Kalau saran dan tantangan penulis anda jawab, penulis yakin tingkat populis anda akan semakin lama semakin positif dan tidak ragu lagi 220 juta jiwa rakyat Indonesia memiliha anda dan tentunya iklan dan rayuan yang tim anda lakukan kepada para “bintang iklan” ini harus dengan tulus,iklas dan transparansi serta harus terus dijaga komunikasinya bukan sekedar hanya untuk iklan begitu selesai iklan ditinggal begitu saja.

Anda berani ?

Tidak ada komentar: