Jumat, 20 Agustus 2010

Mau Sampai Kapan Negara Ini Di Injak-Injak Ama Malay


Seperti menjadi kebiasaan penulis sebelum melakukan penulisan selalu menghaturkan permintaan maaf jika ada kata-kata atau tulisan yang penulis buat membuat sebagian pembaca merasa tersinggung atau penulis dianggap menista atau apalah, apa yang penulis tulis adalah murni dari pendapat penulis terkait masalah yang penulis lihat, baca dan dengar, sekali lagi maaf.

Kalau bicara soal Malay maka tidak akan habis dibahasnya sama seperti bicara soal dunia sepakbola kita tetapi nyatanya memang negara itu selalu ada saja ulahnya terhadap negara ini dan selalu saja negara kita tidak pernah bisa menghentikan ulah negara malay.

Kita bisa lihat bagaimana kasus-kasus yang dibuat negara yang katanya serumpun seperti kasus Pulau Sipadan-Ligitan, Ambalat, Batik, Masakan Rendang, Alat Musik Angklung, lagu Rasa Sayange, Pelecehan dan Penyiksaan terhadap TKI/W, Kesenian Reog Ponorogo dan yang terakhir ini adalah kasus penangkapan 3 petugas patroli Kementerian Kelautan dan Perikanan yang akhirnya di BARTER ( walaupun kata-kata BARTER ini dibantah keras oleh Menteri Luar Negeri) dengan 7 maling ikan warga mereka.

Dari semua kasus itu adakah pemerintah kita mengambil tindakan misalnya melakukan penutupan Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Malay di KL dan juga Konsulat Jenderal Republik Indonesia yang ada di Malay ATAU mengusir Duta Besar negara Malay untuk negara ini ? ternyata tidak, bahkan dari semua nota protes diplomatik yang dilayangkan pemerintah kita ketika negara itu berulah ternyata tidak pernah direspon oleh Malay bahkan di cuekin !

Protes ini sangat kontras sekali dengan ketika jaman pemerintahan Ir. Soekarno, ketika Malay berulah terhadap negara ini, bung Karno langsung marah, geram dan berpidato lantang untuk menantang negara itu dengan mengatakan jika ada sepuluh pemuda malay di negara kita maka akan ada seratus pemuda Indonesia yang datang ke sana ucapan-ucapan beliau ini membuat pemerintah Malay ini berpikir dua kali untuk melakukan tindakan iseng ke negara ini, tetapi sekarang malah kita diam saja tanpa bertindak nyata seperti yang dilakukan oleh bung Karno.

Seharusnya Menteri Luar Negeri dan juga Presiden Republik Indonesia mencontoh sikap dari bung Karno ini bukannya hanya mengirimkan kertas-kertas yang berisi nota protes ketika mereka berulah, atau mencontoh sikap para pemimpin negara-negara Amerika Latin seperti kasus perseteruan Venezuela dengan Kolombia dimana Venezuela mengusir Duta Besar Kolombia untuk Venezuela karena pertikaian (kalau tidak salah) pandangan ekonomi dimana Kolombia lebih memilih bermitra dengan Amerika Serikat daripada mengikuti Venezuela untuk membentuk badan seperti EU atau ASEAN di wilayah Amerika Latin.

Sudah saatnya Presiden dan juga Menteri Luar Negeri Republik Indonesia mengambil sikap tegas dan keras jika ada negara yang mencoba mengancam atau melecehkan kedaulatan negara ini seperti kasus Malay ini kalau perlu mengambil sikap dengan mengusir Duta Besar Malay yang ada di Jakarta atau Menlu menutup dan memanggil pulang Dubes, Konjen dan staff KBRI dan KJRI yang ada di Malay atau negara yang mencoba mengancam atau melecehkan negara kita.

Kemarin 3 petugas patroli Kementerian Kelautan dan Perikanan di tahan dan dibebaskan dengan cara di BARTER dengan 7 maling ikan, lantas besok apalagi ulah negara itu kepada negara ini ? mau sampai kapan Republik Indonesia harus tunduk dan diam terhadap aksi-aksi negara ini yang jelas-jelas mengancam dan melecehkan kedaulatan negara yang bernama Republik Indoneia ? hanya Menlu, Presiden yang tahu cara bersikap apakah tegas dan keras atau terus berdiam dan terus mengirimkan kertas-kertas nota protes tetapi tidak pernah di tanggapi, jangan sampai ucapan bung karno ketika negara itu berulah menjadi nyata saat ini.

“ Jika ada sepuluh pemuda malaysia ada di Indonesia, MAKA AKAN ADA seratus pemuda yang akan datang ke Malaysia “ !

Taman Pejambon, 200810 09:00
Rhesza
Pendapat Pribadi

Tidak ada komentar: